Banyak pengguna Android yang merasa sudah aman dari serangan malware hanya karena mengikuti “aturan umum” seperti tidak mengunduh aplikasi dari luar Play Store atau sudah memakai antivirus. Namun kenyataannya, banyak mitos seputar malware di Android yang justru membuat pengguna semakin rentan terhadap ancaman siber.
Dilansir dari Android Police, ada delapan mitos umum yang kerap dipercaya masyarakat dan bisa menjerumuskan mereka ke dalam bahaya keamanan digital.
1. Malware Hanya Berasal dari Luar Play Store
Banyak yang mengira bahwa aplikasi berbahaya hanya berasal dari situs atau toko aplikasi ilegal. Nyatanya, beberapa aplikasi di Google Play Store pun bisa mengandung malware tersembunyi. “Malware bisa lolos dari sistem verifikasi dengan menyamar sebagai aplikasi biasa seperti alat senter atau filter kamera,” tulis Android Police.
Beberapa dari aplikasi ini menggunakan strategi aktivasi tertunda, sehingga butuh waktu beberapa hari atau minggu sebelum malware mulai beraksi.
2. Android Terbaru Otomatis Lebih Aman
Meskipun Android versi terbaru memiliki fitur keamanan lebih canggih, malware tetap berkembang dan bisa mengecoh sistem. “Banyak malware mengandalkan rekayasa sosial agar pengguna secara sukarela memberikan izin akses,” tulis laporan tersebut.
3. Cukup Pakai Antivirus, Masalah Beres
Tak semua antivirus di Android efektif. Bahkan, sebagian aplikasi antivirus justru memuat iklan berlebihan dan menguras baterai. Android Police menyebutkan, “Beberapa aplikasi keamanan justru mengumpulkan data pengguna, bahkan mengandung malware itu sendiri.”
4. Kalau Terinfeksi, Pasti Ketahuan
Faktanya, banyak malware modern bekerja secara diam-diam di latar belakang. Mereka bisa mencuri data, berlangganan layanan premium, hingga memasang iklan tanpa sepengetahuan pengguna. Tanda-tandanya bisa sangat halus seperti baterai cepat habis, performa melambat, atau penggunaan data meningkat.
5. Reset Pabrik Bisa Menghapus Semua Malware
Sebagian malware canggih bisa bertahan meskipun perangkat sudah di-reset ke pengaturan pabrik. Beberapa bahkan bersemayam di partisi sistem atau muncul kembali lewat aplikasi dropper.
6. HP yang Sudah Di-root Pasti Gampang Diretas
Meski benar rooting membuka celah keamanan, itu tidak berarti perangkat langsung rentan. Dengan pengaturan yang benar, firewall, dan kontrol akses ketat, perangkat yang di-root bisa tetap aman.
7. VPN = Perlindungan dari Malware
VPN memang membantu menyembunyikan IP dan mengenkripsi data, tapi tidak bisa mencegah kamu mengunduh aplikasi berbahaya atau klik tautan phishing.
8. Google Play Protect Sudah Cukup
Play Protect memang penting dan berguna, tapi tidak bisa mengenali semua jenis malware, terutama yang punya aktivasi tertunda atau payload tersembunyi.
Kesimpulan
Mitos-mitos di atas sering membuat pengguna Android merasa aman padahal sebenarnya masih rentan. Perlindungan terbaik datang dari pemahaman yang benar tentang cara kerja malware dan langkah pencegahan yang tepat. Seperti yang disebutkan dalam laporan Android Police, “Tidak ada sistem atau aplikasi yang bisa menggantikan kebiasaan digital yang aman.
Leave a Comment