Mozilla, organisasi di balik browser Firefox, resmi mengumumkan akan menghentikan layanan ekstensi “Deep Fake Detector” pada 26 Juni 2025 mendatang. Keputusan ini diambil bersamaan dengan dihentikannya ekstensi AI lainnya, Orbit, yang sebelumnya berfungsi sebagai asisten AI untuk pengguna.
Dilansir dari IT Home, Deep Fake Detector merupakan alat berbasis open-source yang menggunakan model seperti ApolloDFT dan Binocular untuk membantu pengguna membedakan antara konten buatan manusia dan konten yang dihasilkan oleh kecerdasan buatan. Ekstensi ini juga tersedia dalam versi web, yang juga akan ikut dimatikan.
Meskipun mendapat pengakuan dari komunitas open-source dan beberapa media teknologi, Deep Fake Detector tercatat hanya memiliki sekitar 3.300 pengguna aktif di toko ekstensi resmi Mozilla. Jumlah ini terbilang kecil jika dibandingkan dengan jumlah pengguna Firefox secara keseluruhan, yang membuat efektivitas distribusi alat ini dipertanyakan.
Media teknologi omgubuntu menyoroti bahwa penghentian alat deteksi ini bisa diartikan sebagai “bentuk pembiaran” terhadap maraknya konten buatan AI. “Ketika alat seperti ini dihentikan, itu bisa ditafsirkan sebagai Mozilla tidak lagi mengambil sikap aktif terhadap penyebaran konten AI,” tulis media tersebut.
Langkah ini menimbulkan kekhawatiran bahwa Firefox, sebagai salah satu browser besar dunia, bisa menjadi media tanpa kontrol terhadap konten AI yang terus berkembang pesat. Hal ini berpotensi menurunkan kepercayaan pengguna terhadap kualitas informasi yang mereka konsumsi lewat browser tersebut.
Baca juga: Mengenal Deepfake: Teknologi AI yang Mengaburkan Batas Antara Nyata dan Palsu
Mozilla sendiri belum memberikan alasan rinci mengenai keputusan ini, namun penurunan pengguna dan potensi biaya operasional kemungkinan menjadi faktor utama. Di sisi lain, tren peningkatan adopsi layanan AI dan komersialisasi produk deteksi membuat alat-alat open-source seperti Deep Fake Detector semakin terpinggirkan.
Dengan dihentikannya salah satu alat deteksi deepfake yang dianggap paling transparan dan terbuka, pertanyaan besarnya kini adalah: siapa yang akan mengambil alih peran menjaga transparansi dan akurasi konten di era AI generatif.
Leave a Comment